Puisi: Harga Sebuah Lencana (Part 2) Versi Orang Tua

#puisi harapan orang tua kepada anaknya
Ilustrasi harga sebuah lencana, puisi perjuangan
Gambar. Ilustrasi sebuah lencana | Sumber: Dokumen Rascita 

Lumpur di tangan, matahari membakar,
Pematang jadi saksi, kerja tanpa gentar,
Saat kau kecil, berlari riang di sawah,
Kini langkahmu jauh, mimpi telah memisah.

Kami tak menangis saat tanah terjual,
Tapi hati ini rindu jejak kecilmu yang menghilang.
Kami tak mengeluh saat datangnya penagih utang,
Asal kau tegak, melangkah tanpa bimbang

Seragam kebanggaan kini kau kenakan,
Di dada tersemat lencana impian,
Tapi saat kau pulang, engkau diam dan lesu,
Kami tahu, ada yang hilang dari hatimu.

Nak, kami tak butuh kau pulang membawa emas,
Kami hanya ingin mendengar tawamu lepas,
Kami tak ingin lahan ini mengikat langkahmu,
Jika harapan kami membuatmu terluka,
Bagaimana kami yang mengorbankan segalanya?

Lencana itu bersinar, tapi apakah hatimu juga?
Sawah memang hilang, tapi hilang karena cinta.
Bila harga dari mimpi adalah air mata,
Biarlah kami yang menanggungnya,
asal engkau tetap bahagia.


Karya: Wildan Hamza
Baubau, 22 Januari 2025
Sumber: Karangan Penulis




Puisi ini, merupakan suara hati dari orang tua sang anak, untuk menjawab suara hati sang anak, yang tertuang dalam puisi berjudul:


Ingin mendapatkan informasi sastra terbaru dari Rascita? 
Silahkan ikuti Media Sosial kami dengan menekan link di bawah ini 👇

Hai Sobat Bolder, Rascita berfokus pada cerita-cerita yang memiliki rasa penuh emosi tentang kehidupan, cinta, dan harapan melalui kata-kata. Website ini di persembahkan oleh Wildan Bolder Group