Cerpen: Misteri Asmara di Wantiro

Urban legend lokal mengusik reuni ceria di Wantiro. Siangnya menawan, malamnya mencekam penuh misteri. Baca selengkapnya di Rascita.com

Terdapat legenda tentang "Hantu Pembalas" Di sebuah desa kecil yang terletak di pinggiran hutan lambusango. Hantu Pembalas adalah sosok yang konon muncul ketika ada pasangan remaja yang berpacaran di sekitar wilayah wantiro. Muda-mudi desa sangat takut dan menghindari wilayah tersebut pada saat malam hari. Konon katanya, jika ada yang melihat penampakan hantu pembalas, maka besoknya orang tersebut akan demam karena ketakutan melihat sosok menyeramkan itu. 

Wantiro adalah istilah yang digunakan oleh masyarakat sekitar untuk menyebut wilayah dengan view pemandangan yang indah.

Gemerlap cahaya kota Bau-bau di lihat dari tempat bernama Wantiro

Namun lain halnya dengan Ardan, seorang pemuda yang terkenal pemberani, mengajak teman-teman alumni sekelasnya untuk reunian di tempat yang terkenal angker itu.

Malam minggu, selepas magrib sebelum isya, mereka berkumpul di rumah Rian, menyiapkan camilan dan minuman untuk acara malam itu. Mereka berencana akan membuat api unggun, dan acara bakar-bakar jagung. Tidak lupa juga mereka mengajak kekasih masing-masing.

Setibanya di wantiro, para muda-mudi itu melangsungkan acara party kecil-kecilan dengan cukup meriah tanpa adanya perasaan takut akan cerita mistis yang membungkus suasana tempat tersebut dimalam hari. Suasana ceria berubah tegang saat salah satu temannya yang bernama Nuri, menceritakan kisah menyeramkan tentang hantu pembalas.
Dengar! Konon katanyahantu itu mencari orang yang melakukan hubungan asmara di tempat inidan memberi mereka hukuman yang sangat mengerikan!
Ah, tak perlu takut, itu hanya mitosSelagi kita tidak berbuat yang macam-macam di tempat ini pasti aman-aman saja,” jawab Ardan kepada teman-temannya yang telah merinding mendengar cerita Nuri.

Rian yang pada saat itu berniat ingin menyatakan perasaannya kepada Leni, menjadi tambah gugup karena mendengar kisah yang diceritakan oleh temannya. Ia takut jika hantu itu muncul karena ulahnya. Lain halnya dengan Ardan, yang dari tadi duduk berduaan mesra dengan kekasihnya Yuni. Mereka tampak asyik bercengkrama tanpa menghiraukan mitos-mitos yang sedang di ceritakan teman-temannya.

Namun, sebagai pria sejati, Rian tidak memperdulikan mitos-mitos yang menyelemuti tempat itu. Ia dengan bergegas memberi sepucuk kertas kepada Leni. Leni kaget dan berkata, “Kertas apa ini?”
Sudah.... Jangan berisik, di baca saja. Tapi jangan beritahu teman-teman ya." Ucap Rian dengan membisikkannya ke telinga Leni. Wanita itu langsung membaca isi kertas itu, lalu berdiri menghampiri Rian.
Dengan perasaan yang campur aduk akan penolakan, wajah Rian langsung memerah, karena melihat Leni berjalan menghampirinya dan duduk di sebelahnya dan berbisik, “Iya aku mau. Aku mau jadi teman di hatimu.” Mendengar jawaban itu, Rian langsung merespon dengan pelukan kecil, yang membuat mereka berdua tertawa bersama-sama.

Tiba-tiba!
Suara langkah kaki terdengar jelas di antara suara malam. Suasana menjadi tegang, udara semakin dingin, dan cahaya bulan purnama mulai menyinari jalan setapak. Di depan mereka telah berdiri sosok menyeramkan dengan wajah penuh kemarahan dan mata menyala. Siapa yang berani mengganggu tempat ini? Teriak sosok itu dengan suara menggema.
Para remaja itu tertegun. Rian yang merasa telah melakukan kesalahan besar, mencoba melawan ketakutannya dan berkata, “Kami tidak bermaksud mengganggu, kami hanya ingin......” “Diam!” Teriak hantu itu lagi. “Aku datang untuk membalas dendam!” Sambungnya.

Kelompok muda-mudi itu mulai panik, telinga mereka terasa panas dan bulu lengan yang merinding tidak karuan. Hantu itu melangkah maju, membuat mereka semakin ketakutan. Rian berteriak kepada teman-temannya, “Kita harus berlari!” Namun, sebelum mereka berlari, hantu itu tiba-tiba terhenti, lalu tertawa terbahak-bahak. Ha haKalian benar-benar percaya dengan cerita ini? Aku hanya ingin membuat kalian takut!

Ternyata, hantu itu adalah Pak Saleh, kepala desa yang mengembalakan sapi di tempat itu. Ia sangat senang berkelakar. Pak saleh!” Ardan berteriak. “Kau bikin kami ketakutan setengah mati,” ujarnya. Pak Saleh, masih tertawa. Ia menjelaskan bahwa dia suka berpura-pura menjadi hantu setiap malam minggu, untuk menakut-nakuti anak-anak desa agar tidak nakal, terlebih muda-mudi yang berpacaran di tempat ini. Kalau kalian takut, itu berarti saya sukses!” Katanya dengan senyum lebar.

Rian dan teman-temannya tertawa lega, menghapus rasa takut yang mereka alami. Lain kalipakai kostum yang lebih baik PakHantu kok pakai sepatu kets!” Ejek Ardan. Semua orang tertawa, dan suasana malam yang awalnya mencekam berubah menjadi penuh canda tawa. Mereka kembali ke desa, mengingat bahwa, terkadang ketakutan terbesar bisa jadi hanya lelucon yang tak terduga.***


Oleh: Wildan Hamza    |    Marunda, 14/11/2024
Sumber: Imajinasi Penulis


Ingin mendapatkan informasi sastra terbaru dari Rascita? 
Silahkan ikuti Saluran Whatsapp kami dengan menekan Link di bawah ini 👇


Hai Sobat Bolder, Rascita berfokus pada cerita-cerita yang memiliki rasa penuh emosi tentang kehidupan, cinta, dan harapan melalui kata-kata. Website ini di persembahkan oleh Wildan Bolder Group