Cerpen: Kacang Goreng dan Harapan

#cerpen #yatimpiatu #anakkecil #inspirasi

Di bawah langit senja yang mulai gelap, seorang anak kecil dengan wajah kusut dan pakaian sederhana berkeliling di taman hijau kota. Di tangannya, sebuah keranjang berisi kacang goreng yang sudah hampir habis. Setiap kali dia melangkah, suara langkahnya yang berat berpadu dengan suara riuh orang-orang yang sedang duduk santai di bangku taman, berbicara, atau menikmati secangkir kopi.

“Beli kacang goreng! Kacang goreng! Enak dan murah!” teriaknya, dengan nada yang hampir hilang di tengah hiruk pikuk kota. Wajahnya masih muda, tetapi ada sesuatu yang berbeda dalam matanya—sebuah cahaya kecil yang tak terhapuskan oleh kesulitan hidup yang mendera.

Dulu, dia adalah seorang anak yang ceria. Tetapi, hidupnya berubah sejak orang tuanya meninggal, meninggalkannya dengan sekelompok orang yang hanya menganggapnya sebagai alat untuk menghasilkan uang. Dia tak lagi bersekolah. Tiap hari dia harus bekerja keras, berkeliling dari sore hingga malam, menawarkan kacang goreng kepada orang yang lewat, berharap ada yang membeli, meski seringkali hanya sedikit yang tertarik.

Namun di balik langkahnya yang lelah, ada suatu harapan. Seperti kacang goreng yang dia jual, harapan itu tetap ada meskipun tertutup debu kehidupan. "Suatu saat nanti, aku akan jadi orang yang lebih baik. Aku akan punya masa depan yang cerah," pikirnya setiap kali merasa lelah. Bahkan ketika tubuhnya merasa seolah-olah tak sanggup melangkah lagi, keyakinan itu tetap menyala di dalam dirinya.

Di tengah jalan setapak taman yang sepi, dia melihat seorang wanita tua duduk di bangku, menatapnya dengan tatapan lembut. Wanita itu tersenyum kecil dan mengangguk, seolah memahami kesulitan yang dia alami.

“Anak, kau bekerja dengan keras. Suatu saat nanti, semua ini akan terbayar,” kata wanita itu pelan, sambil memberi selembar uang lebih dari harga kacang goreng yang dijualnya.
Setelah wanita itu memberikan uang lebih dari yang seharusnya, anak itu melanjutkan langkahnya, membawa keranjang kacang goreng yang hampir kosong. Di jalan yang sepi itu, pikirannya berputar, merenungkan kata-kata wanita tua yang tadi.

"Suatu saat nanti, semua ini akan terbayar." Kalimat sederhana yang terasa begitu dalam. Terkadang, dalam kehidupan yang penuh perjuangan, kita merasa lelah dan hampir menyerah. Namun, hanya dengan sedikit dorongan positif, seperti kata-kata yang penuh harapan, seseorang bisa menemukan semangat untuk terus melangkah.

Mungkin kata-kata itu hanya sebuah percakapan kecil, tetapi bagi anak itu, itu adalah pelita yang menuntun ke arah yang lebih baik. Dia sadar bahwa tidak semua orang mampu memberikan bantuan besar, tetapi bahkan kata-kata yang baik bisa mengubah arah hidup seseorang.***


Penulis: Wildan Hamza  |  Bau-bau, 01/01/2025
Sumber: Karangan Penulis
Hai Sobat Bolder, Rascita berfokus pada cerita-cerita yang memiliki rasa penuh emosi tentang kehidupan, cinta, dan harapan melalui kata-kata. Website ini di persembahkan oleh Wildan Bolder Group