Cerpen: Mentor Yang Dilupakan
Pria ia itu duduk di sudut ruangan dengan kepala menatap langit-langit. Tumpukan berkas tagihan di meja kerjanya terasa seperti monster yang menertawakannya tanpa henti. Ia mengingat masa kejayaannya, saat lemari-lemari mebelnya diperebutkan banyak pelanggan. Kini, semua tinggalah kenangan.
Pemuda itu bernama Rian, yang hidupnya berubah drastis setelah mengalami kebangkrutan dalam bisnis mebel yang dirintisnya. Ia harus menjual seluruh asetnya untuk melunasi utang. Dalam keadaan keputusasaan, ia bertemu dengan Bagas, seorang pengusaha senior yang memiliki pengalaman panjang dalam dunia perdagangan mebel.
Bagas adalah seorang sahabat yang mendukung Rian saat ia merasa ragu akan kemampuannya sendiri. Di bawah bimbingan Bagas, Rian di ajari tentang manajemen keuangan, strategi pemasaran, hingga teknik negosiasi dengan klien. Bagas mengenal Rian karena mereka pernah sekelas semasa SMA.
Suatu hari, Bagas menghadiri pertemuan bisnis yang juga dihadiri oleh Rian. Dalam forum itu, Rian tampak bersemangat menceritakan kisah suksesnya, tetapi sama sekali tidak menyebut nama Bagas sebagai orang yang membantunya bangkit. Bagas hanya tersenyum getir dari sudut ruangan, merasa dirinya tidak lagi dihargai.
Waktu berlalu, dan bisnis Rian mulai menghadapi tantangan besar. Sebuah proyek pengadaan meja dan kursi untuk salah satu kampus ternama gagal total, di akibatkan oleh gagalnya toko mebel Rian untuk menyediakan meja dan kursi yang minimalis buat kampus tersebut, yang menyebabkan protes dari pihak kampus, karena barang yang datang tidak sesuai dengan harapan.
Kasus tersebut membuat mebel Rian kehilangan banyak kepercayaan dari kliennya. Dalam waktu singkat pemasaran mebelnya sepi. Rian kebingungan, ia menyadari bahwa ia membutuhkan nasihat dari seseorang yang lebih berpengalaman. Ia mencoba mencari Bagas, tetapi Bagas tidak di temukannya.
Rian akhirnya mendengar kabar bahwa Bagas telah meninggal dunia beberapa bulan sebelumnya, karena kecelakaan. Penyesalan mendalam menghantam Rian, tetapi semua sudah terlambat. Ia sadar bahwa kesuksesan yang pernah ia raih tidak akan tercapai tanpa bantuan Bagas, tetapi ia tidak pernah benar-benar menunjukkan rasa terima kasihnya.
Rian berjanji untuk memperbaiki kesalahannya dengan memperhatikan amanah orang lain yang, telah orang titipkan padanya, sebagaimana pesan-pesan yang pernah Bagas sampaikan kepadanya. Namun, kenangan tentang Bagas menjadi pengingat abadi. Baginya, sebuah luka yang mengajarkan arti syukur dan penghargaan.***
Sumber: Karangan Penulis
Ingin mendapatkan informasi sastra terbaru dari Rascita?
Silahkan ikuti Media Sosial kami dengan menekan Link di bawah ini 👇
Gabung dalam percakapan
Itu salah satu cara mendukung kami untuk tetap berkarya.
Ikuti sosial media kami ya, agar Anda dapat mengetahui tulisan terbaru dari kami