Cerpen: Tanggung Jawab di Tengah Derita

#Cerpen #Musibah #Kesabaran #Tanggungjawab
Suara mesin motor meraung, melintasi jalanan kampung yang sempit dan licin selepas hujan. Safri baru saja selesai menurunkan karung beras di gudang kecil di ujung pasar. Keringat membasahi punggungnya, bercampur debu yang menempel. Di umur 38 tahun, tubuhnya sudah tak sekuat dulu, tapi tanggung jawab sebagai tulang punggung keluarga memaksanya untuk terus bekerja.

Namun, hari itu musibah berpihak kepadanya. Sebuah motor melesat dari tikungan tajam, membuat kecepatannya sulit dikendalikan. Pengendara barbar itu bernama Afis. Ia tak mampu mengendalikan laju motornya, yang membuat motornya keluar jalur dan menghantam tubuh Safri yang saat itu sedang dalam perjalanan pulang ke rumahnya dengan berjalan kaki. Safri terhempas ke tepi jalan. Kesakitan menjalar dari kakinya. Dalam sekejap, hidupnya berubah.

Di rumah sederhananya, Safri hanya bisa terbaring. Kakinya bengkak parah, dengan bekas lebam di mana-mana. Dokter menyarankan operasi, tapi biaya yang besar tak memungkinkan. "Aku harus sembuh. Keluargaku bergantung padaku," gumamnya, menatap istrinya yang sibuk mencari sisa tabungan mereka.

Hari-hari Safri dipenuhi rasa sakit. Ia tak bisa lagi mengangkat karung beras, tak bisa berlari mengejar anak bungsunya yang berumur lima tahun. Tapi ia menolak menyerah. Dengan tongkat sederhana yang dibuatkan oleh tetangganya, ia mulai mencoba berdiri. Setiap langkahnya adalah perjuangan, setiap tarikan napasnya adalah doa.

Afis, yang masih muda dan ceroboh, dipaksa untuk belajar dari kesalahan. Orang tuanya memohon maaf kepada Safri, dan berjanji akan bertanggungjawab atas kecelakaan itu. Namun, materi yang ada tak mampu membuat kesembuhan dengan instan.

Safri menatap Afis dengan mata yang penuh beban. Ia diam sejenak, merasakan sakit yang tak hanya pada kakinya, tetapi juga pada hatinya. Ia ingin marah, ingin melampiaskan segala kekecewaan dan rasa sakit yang ia rasakan akibat kejadian itu. Namun, tanggung jawab yang lebih besar di pundaknya, yaitu keluarganya, membuatnya menahan diri.
"Nak. Aku tidak marah padamu. Tapi ingatlah, hidup ini bukan hanya milikmu. Berkendaralah dengan hati, bukan dengan nafsu," kata Safri ketika Afis datang menjenguk bersama orang tuanya. Mendengar kalimat itu, Afis menunduk, wajahnya dipenuhi rasa bersalah yang mendalam.
"Pak Safri... maafkan saya. Saya tidak tahu bagaimana harus bertanggungjawab," jawab Afis dengan suara gemetar.
Safri menggigit bibirnya, menahan air mata yang hampir saja jatuh. "Aku tahu kau masih muda, Nak. Tapi ingatlah, hidup ini bukan tentang seberapa cepat kita pergi, tetapi tentang seberapa hati-hati kita memilih jalan yang kita tempuh. Aku tidak ingin membencimu, tapi ini sangat sulit untuk dimaafkan. Aku harus bekerja keras untuk sembuh, sementara hidupku berubah... Semua ini karena kesalahanmu, kesalahanmu besar, Nak. Tapi aku lebih peduli kau belajar dari ini," jawab kembali Safri sambil menepuk pundak Afis.

Orang tua Afis berusaha bertanggungjawab, atas kelalaiannya yang membuat Afis hampir menghacurkan kebahagiaan sebuah keluarga. Namun, proses penyembuhan Safri tidak mudah. Dengan usaha keras dan terapi sederhana, ia mulai kembali bekerja, meski tak sekuat dulu ia tetap mencoba perkerjaan baru. Safri memanfaatkan uang yang di berikan oleh orang tua Afis sebagai modal usahanya. Ia merintis usaha ternak bebek dan kambing. Sebuah pekerjaan yang tidak lagi mengandalkan otot tubuhnya.

Bagi Safri, hidup adalah tanggung jawab, meskipun kakinya tak lagi kuat, ia tetap berdiri dan bersemangat, karena keluarganya adalah alasan ia terus berjuang. Dia kehilangan kekuatannya, tetapi ia menemukan cara baru untuk melindungi masa depan keluarganya. Dan itu lebih berarti dari segalanya.***


Penulis: Wildan Hamza    |    Raha, 03/01/2025
Sumber: Karangan Penulis




Ingin mendapatkan informasi karya sastra terbaru dari Rascita? 
Silahkan ikuti Media Sosial kami dengan menekan Link di bawah ini 👇



Hai Sobat Bolder, Rascita berfokus pada cerita-cerita yang memiliki rasa penuh emosi tentang kehidupan, cinta, dan harapan melalui kata-kata. Website ini di persembahkan oleh Wildan Bolder Group