Cerpen: Dua Hati yang Retak
Melani diam-diam jatuh hati sejak awal. Perhatian kecil Arga membuatnya merasa istimewa. Namun, Lita juga terjebak dalam pesona pria itu. Tanpa disadari, keduanya mulai berlomba mendapatkan perhatian Arga. Suatu malam, Arga mengajak Melani makan malam. Di tengah percakapan hangat, dia menggenggam tangan wanita itu dan berkata, “Melani, tahukah kamu sesuatu? Aku suka kamu. Kamu bikin aku nyaman. Tanganmu yang dingin ini, sangat cocok dengan tangan hangatku. Maukah kamu menjadi cinta pertamaku?” Dengan hati berbunga-bunga, Melani menerima. Di malam itu, mereka menyatakan rasa tanpa ada paksa. Malam itu mereka resmi menjadi pasangan, menikmati malam minggu di taman kota tanpa memikirkan waktu.
Namun, di balik senyuman manisnya, Arga diam-diam mendekati Lita. Lita yang tak tahu hubungan Melani dan Arga, merasa bahagia dan perlahan membuka hatinya. Lita yang senang di dekati oleh Arga, langsung bergerak mencari perhatian pria itu, dengan menawarkan minuman pada pria yang ia kagumi itu. “Pak Arga mau minum apa? Teh atau Kopi?” “Kopi susu bolehkah?” respon pria itu. “Baik Pak, segelas kopi susu segera kubuat. Eh, takarannya bagaimana Pak? Agar tidak salah rasanya,” bertanya Lita. “Buat saja sesuai takaranmu, pasti akan enak rasanya jika kamu yang buat. Tenang aja, akan ku habiskan kopi susu buatanmu, kopinya ku minum, susunya kupegang,” gombal Arga kepada wanita itu yang membuatnya tersipu malu. “Ah Pak Arga bisa aja,” jawab wanita itu dengan senyum-senyum.
Mengetahui Lita sangat perhatian padanya, Arga berinisiatif untuk mengajaknya makan malam. Lita sangat senang di ajak jalan oleh pria yang dia kagumi itu. Bahkan ia merasa telah menjadi wanita yang sangat beruntung. Sesudah magrib sebelum isya, Arga menghubungi Melani kekasihnya, untuk memberitahu bahwa ia akan bermain futsal dengan kawan-kawannya. Dan Melani mengiyakan permintaan kekasihnya itu. Pria itu kemudian berangkat menemui Lita.
Sesampainya di mal, mereka makan dan berbelanja pakaian yang diinginkan Lita. Merasa di manjakan oleh Arga, Lita pun tak malu-malu untuk menggandeng tangan atasannya itu. Dan Arga yang sudah mempersiapkan segalanya, mengajak Lita untuk jalan-jalan berkeliling kota hingga lelah. Mereka berkeliling kota hingga larut. Ketika hendak mengantarkan Lita kembali ke kos, Arga menawarkan Lita agar mampir ke kosannya. Dan sialnya, wanita itu menuruti Arga, karena penasaran dengan isi kos pria itu. Setibanya mereka di kosan Arga, Lita sangat terkejut dengan isi kamar kos Arga yang sangat rapi, banyaknya boneka-boneka lucu yang membuatnya makin nyaman berlama-lama di kosan itu.
Hujan mengguyur dengan lebatnya, yang membuat Lita minta di antarkan pulang. Namun, waktu sudah menunjukkan pukul 00.00, Arga berkata “Di luar dingin, nanti kita berdua sakit, gimana dengan pekerjaan di kantor? Pasti akan repot jadinya. Menginap aja di sini, nanti kamu berangkat kerja dari sini aja, sekalian kamu resmikan pakaian yang kita belanja tadi, mau kan?” Mendengar kata-kata Arga yang cukup menyakinkan, Lita menerima tawaran itu tanpa memikirkan hal-hal yang mungkin akan terjadi selanjutnya.
Di tengah derasan hujan yang mengguyur atap, mereka bercerita hingga sangat larut, tak lupa pakaian tidur dan selimut, mereka sudah kenakan. Di tambah dinginnya AC kamar, Arga kemudian merayu Lita, menawarkan pijatan hangat. Dan di keheningan malam itu, tanpa adanya kesepakatan untuk saling mencintai, mereka melakukan hubungan layaknya suami istri.
Malam bahagia yang di rasakan oleh Lita, membuat ia menyatakan perasaannya ke Arga. “Arga, terimakasih ya untuk malam ini. Aku mencintaimu, aku ingin tidur di pelukanmu.” Arga tersenyum dan berkata, “Tidurlah sayang, tidur yang nyenyak. Aku juga mencintaimu.” Karena kelelahan, tidur mereka sangat nyenyak. Saat terbangun, Lita melihat Arga dengan jasnya yang rapi sudah siap untuk berangkat kerja. Arga pun menunggu Lita bersiap berangkat ke kantor bersama. Setibanya di kantor, mereka melakukan pekerjaannya dengan biasa. Arga memainkan perannya dengan sempurna, membagi waktu antara dua wanita yang mempercayainya.
Dua bulan berlalu, sejak kisah cinta di hujan lebat itu, kebohongan Arga akhirnya terungkap dengan cara yang pahit. Suatu sore, sebelum pulang dari kantor, Melani memutuskan untuk memberi tahu Lita bahwa dia hamil. Dengan hati penuh kebahagiaan bercampur gugup, dia berharap Lita akan menjadi pendukungnya seperti biasa. Tetapi jawaban Lita membuat dunianya runtuh. “Melani, aku juga hamil, dan ayahnya adalah Arga.” Melani terdiam, wajahnya berubah pucat. Hatinya seperti dihantam ribuan pukulan. Kebahagiaan berubah menjadi rasa pengkhianatan. Dalam sekejap, persahabatan mereka yang telah terjalin bertahun-tahun hancur berantakan.
Arga, yang dihadapkan pada situasi ini, memutuskan untuk menikahi keduanya dengan alasan ingin bertanggung jawab. Pernikahan itu bukanlah penyelesaian, melainkan awal dari kehidupan penuh luka. Melani dan Lita, yang kini tinggal serumah sebagai "istri" Arga, tidak pernah lagi berbicara satu sama lain dengan kehangatan seperti dulu. Setiap pertemuan mereka, selalu diisi dengan tatapan dingin, kemarahan yang terpendam, dan rasa kehilangan yang mendalam.
Arga, di sisi lain, tidak pernah benar-benar berubah. Dia terus bermain-main dengan wanita lain, meninggalkan Melani dan Lita terperangkap dalam rasa bersalah dan kebencian. Di akhir cerita, Rani dan Dina sama-sama menyadari bahwa mereka telah kehilangan sesuatu yang jauh lebih berharga daripada cinta, yaitu persahabatan mereka. Namun, semuanya sudah terlambat. Hidup mereka kini hanya diisi dengan penyesalan dan kerinduan akan masa lalu yang tak akan pernah kembali.
Jangan biarkan cinta yang salah menghancurkan hubungan yang berharga. Kadang, melangkah pergi adalah keputusan terbaik untuk menjaga diri dan orang lain.***
Gabung dalam percakapan
Itu salah satu cara mendukung kami untuk tetap berkarya.
Ikuti sosial media kami ya, agar Anda dapat mengetahui tulisan terbaru dari kami