Puisi: Belenggu Cinta dan Penyesalan

#puisi #cinta #kesabaran

Aku jatuh, bukan sekadar cinta,
Melainkan jurang yang kurakit sendiri,
Menatap wajahmu, aku terpesona,
Namun kini aku bertanya, "Mengapa aku bisa begini?"

Rumahmu menyambut dengan hangat,
Pintu yang ramah, lagi tersenyum tulus,
Dan aku duduk dekat jendela yang retak,
Mencoba mengerti cinta tak lagi mulus.

Aku ingin pergi, tapi belenggu ini mengikat,
Bukan oleh cinta, tapi oleh rasa hormat,
Aku tak ingin melukai yang tak bersalah,
Namun diriku terperangkap dilema yang lelah.

Egoisku menghilangkan kewarasan,
Menjatuhkanmu dalam kenyamanan,
Namun, bagaimana aku bisa kembali,
Jika aku tak ingin melukai rumah yang berarti?

Haruskah kutahan keseganan ini sendiri?
Mengemudikan cinta yang tinggal pati
Atau haruskah kuberani berkata jujur,
Meski melukai hati mereka yang kuanggap luhur?

Jawabannya dalam pikirmu
Langit biru itu dirimu
Disanalah kamu sangat berarti
Menyelamatkan benih yang hampir mati.



Penulis: Wildan Hamza     |     Raha, 11/01/2025
Sumber: Karangan Penulis
Hai Sobat Bolder, Rascita berfokus pada cerita-cerita yang memiliki rasa penuh emosi tentang kehidupan, cinta, dan harapan melalui kata-kata. Website ini di persembahkan oleh Wildan Bolder Group