Dari Dapur Ke Deck: Puisi tentang Perjalanan dan Harapan Pelaut Pemula
Sebuah puisi reflektif tentang semangat perjuangan seorang koki kapal yang meninggalkan dapur untuk mengejar puncak karir dari seorang pelaut.
Hai Sobat Rascita,
Ada cerita yang tak tertulis di balik uap panas dapur kapal. Aku pernah berdiri di dapur sempit di dalam kapal, memegang sutil sambil mendengar suara mesin bergetar di bawah kaki. Bukan tentang masakan, tapi tentang mimpi yang perlahan dimasak matang bersama peluh dan harapan.
Inilah kisahku, menjadi pelaut pemula dengan bergabung ke perusahaan pelayaran menjadi seorang juru masak. Menjadi seorang koki di kapal, cukup membuat aku mendapatkan banyak pengalaman berharga, menghargai waktu adalah salah satunya. Di lain sisi, aku bisa mengetahui betapa beratnya menjadi seorang perempuan saat mengurus keluarga kecilnya di rumah.
Perjalanan hidup tak selalu mengikuti rencana. Kadang kita harus meninggalkan sesuatu yang sudah kita kuasai, demi mengejar sesuatu yang belum pasti, tapi lebih dengan mimpi. Kisah ini aku tuangkan ke dalam bentuk puisi sebuah cermin dari perjalanan jiwa. Penasaran dengan puisinya? Yuk, simak sampai bait terakhir.
![]() |
Ilustrasi: dapur kapal tempat sang pelaut pemula dalam memulai karir | gambar: Rascita.com |
Judul: Perjuangan dari Dapur Lautan
Di sudut dapur bahtera,
Aku berdiri, meramu rasa.
Menggenggam sutil, tangan terbiasa,
Namun hati menggenggam cita-cita.
Tahun-tahun berlalu akan jadi kenangan,
Peluh jatuh di dalam wajan.
Aku pahami selera rekan,
Tapi, kapan ku menjalani keinginan?
Lalu, gemerlap dapur kutinggalkan,
Dengan harapan di genggaman.
Kebiasaan baru telah dijalankan,
Memegang tali mimpi di setiap lintasan.
Kini, aku di tempat yang berbeda,
Bukan lagi bertarung dengan rasa.
Tapi rasa itu tetap ada,
Meski dalam wujud yang tak lagi sama.
Namun, rencana tak selalu pasti,
Perjalanan kecil, badai menguji.
Hari-hari berat datang bertubi,
Mimpi yang besar sudah jelas teruji.
Setiap gerakan adalah perjuangan,
Namun, setiap kesalahan merupakan pelajaran.
Bukan tentang makanan atau masakan,
Tapi tentang berani melawan ketakutan.
Oleh: Wildan Hamza | Raha, 17 Januari 2025
Setiap bait dalam puisi ini bukan sekadar untaian kata, tapi jejak langkah dari seorang manusia yang berani keluar dari zona nyaman demi mengejar sesuatu yang lebih berarti.
Mungkin kamu juga sedang berdiri di dapur hidupmu sendiri; mengaduk rasa, bertarung dengan waktu, dan menyimpan keinginan yang belum sempat diwujudkan.
Cobalah luangkan sejenak, renungi perjalanan ini. Apakah kamu sedang memasak mimpi atau hanya menghangatkan kenyamanan? Biarkan puisi ini menjadi ruang tenang untukmu berpikir: Ke mana langkahmu akan berlabuh selanjutnya?
Tapi percayalah, perubahan memang menakutkan. Sampai kita menyadari bahwa kita mampu. Kadang kita harus meninggalkan zona nyaman untuk tahu seberapa kuat kita bertahan. Bukan demi mengabaikan masa lalu, tapi untuk memberi ruang bagi masa depan yang lebih luas.
Ingin mendapatkan informasi sastra terbaru dari Rascita?
Silahkan ikuti saluran Whatsapp kami dengan menekan link di bawah ini 👇
Gabung dalam percakapan
Itu salah satu cara mendukung kami untuk tetap berkarya.
Ikuti sosial media kami ya, agar Anda dapat mengetahui tulisan terbaru dari kami