Puisi: Harga Sebuah Lencana (Part 1) Versi Anak
#puisi #abdinegara perjuangan orang tua
Lari pagi, angkat beban, keringat bercucuran,
Pengen jadi abdi? harus kuat harus tahan,
Push-up, pull-up, tiap hari ku jalani,
Demi seragam abdi, aku gas tanpa henti.
Tapi hidup bukan cuma otot dan ambisi,
Ada harga mahal di balik mimpi,
Sawah hijau tempat ayahku bertani,
Sekarang menambah angka tutup sana tutup sini
Dulu lari di pematang, sekarang di aspal jalan,
Bajuku lumpur sawah, sekarang seragam harapan,
Orang tua tersenyum, tapi hatiku bertanya,
Benarkah ini harga yang dikeluarkan mereka?
Ayah diam, tatapan kosong,
Ibuku berdoa, suaranya lirih menyorong,
“Anakku jadi abdi, biar hidupnya terang,”
Tapi tanah warisan, kini hilang dalam utang.
Bahu tegak dada bidang, aku lulus,
Mengenang sawah, dada sesak nyaris putus,
Apa arti sukses kalau harus kehilangan?
Rumah tempat tumbuh, akar kehidupan.
Lencana di dada, tangis di belakang,
Mimpi terwujud, sawah menghilang,
Tapi bila mimpi lahir dari pengorbanan,
Apakah aku benar-benar menang?
Ayah diam, tapi aku tahu hatinya,
Ibu tersenyum, tapi kudengar resahnya,
Tuhan, jika ini harga dari sebuah lencana,
Mengapa di dada terasa hampa?
Karya: Wildan Hamza
Raha, 21 Januari 2025
Sumber: Karangan Penulis
Puisi ini, mempunyai versi dari orang tua sang anak, yang berjudul:
Ingin mendapatkan informasi sastra terbaru dari Rascita?
Silahkan ikuti Media Sosial kami dengan menekan link di bawah ini 👇
Gabung dalam percakapan
Itu salah satu cara mendukung kami untuk tetap berkarya.
Ikuti sosial media kami ya, agar Anda dapat mengetahui tulisan terbaru dari kami